Jadi Satu-satunya Staf Khusus Presiden Penyandang Disabilitas, Angkie Yudistia Dapat Tugas Khusus
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Joko Widodo mengumumkan 14 nama yang menjadi Staf Khusus Presiden, 7 diantaranya merupakan generasi milenial.
Setelah nama Putri Tanjung, Angkie Yudistia juga tak luput dari sorotan media.
Dilansir dari Tribunnews, penyandang tuna rungu, Angkie Yudistia menjadi satu-satunya staf khusus presiden yang mendapatkan tugas secara spesifik dari Presiden Joko Widodo.
Perempuan berusia 32 tahun tersebut diminta Jokowi menjadi juru bicara presiden bidang sosial.
Tugas yang diberikan tersebut tidak menjadi hambatan bagi Angkie meski pendengarannya terganggu sejak usia 10 tahun.
Pendiri Thisable Enterprise tersebut terlihat sangat ceria dan percaya diri sejak diperkenalkan Jokowi sebagai staf khusus presiden bersama enam orang lainnya di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Saat mengenalkan diri, Angkie yang mengenakan kemeja putih dan hijab abu-abu, menyelipkan bahasa isyarat sebagai awal dirinya memperkenalan diri kepada awak media.
"Perkenalkan nama saya Angkie, bahasa isyarat panggilan Angkie, pake jilbab," ucap Angkie sembari mengangkat tangan kanannya hingga di samping telinga dengan posisi melebarkan lima jarinya.
Setelah itu, Angkie tidak menggunakan bahasa isyarat lagi dan berbicara seperti biasa layaknya orang pada umumnya.
Ia mengaku sangat bangga diberikan kepercayaan sebagai staf khusus presiden dan berdiri sejajar dengan staf khusus lainnya yang memiliki panca indra sempurna.
Saya berdiri di sini menyuarakan 21 juta jiwa disabilitas di seluruh Indonesia dan turut bangga saya berdiri dibsini mewakili disabilitas entrepreneurship," katanya.
Menurutnya, Thisable Enterprise telah dibangun dirinya selama delapan tahun untuk memperjuangkan penyandang disabilitas tidak dipandang sebelah mata.
"Sudah waktunya disabilitas bukan kelompok minoritas, tetapi kami dianggap setara, membentuk lingkungan inklusi melalui staf khusus presiden," katanya.
Kehilangan Pendengaran Sejak Usia 10 Tahun
Sejak usia 10 tahun, Angkie kehilangan pendengarannya. Dugaan sementara, hal itu tidak terlepas dari konsumsi obat-obatan antibiotik saat ia mengidap penyakit malaria.
“Awalnya aku enggak tahu (ada gangguan pendengaran), sampai lingkungan sekitar bilang sudah manggil-manggil, tetapi aku enggak dengar, enggak nengok,” cerita Angkie saat seperti yang dikutip TribunnewsWiki dari Kompas.com .
Mengidap keterbatasan pendengaran saat remaja bukanlah hal yang mudah untuk Angkie. Ia kerap merasa tertekan dan kurang percaya diri.
Lulus dari SMAN 2 Bogor, Angkie kemudian melanjutkan kuliah Jurusan Ilmu Komunikasi di London School of Public Relations Jakarta.
Kehidupan di kampus itulah yang kemudian sedikit demi sedikit mengubah pola pikirannya. Ia mulai sadar, bila ia tidak pernah menerima kekurangannya, sampai kapan pun ia tak akan pernah menikmati hidupnya.
"Dosenku bilang, kamu jujur sama diri kamu sendiri. Kalau kamu sudah jujur sama diri sendiri dan jujur sama orang lain, orang lain akan mengapresiasi kejujuran kita. Jadi benar, ketika aku jujur, mereka jadi sangat bantu," ucap Angkie.
Pada 2008, ia didapuk menjadi salah satu finalis Abang None Jakarta. Masih pada tahun yang sama, ia didapuk sebagai "The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008".
Setelah itu, Angkie mendirikan Thisable Enterprise bersama rekan-rekannya untuk membantu memberdayakan mereka yang memiliki keterbatasan. Sulitnya memperoleh pekerjaan menjadi alasan ia mendirikan Thisable Enterprise.
Ia kemudian bekerja sama dengan Gojek Indonesia untuk mempekerjakan orang-orang dengan disabilitas di Go-Auto dan Go-Glam.
Selain itu, para penyandang disabilitas didukung untuk mengembangkan ide kreatif untuk membuat suatu produk, salah satunya yang sudah ada saat ini adalah membuat produk kecantikan.
"Aku percaya, tuli itu juga SDM milik negara, aset negara, jadi kita juga memiliki hak," kata Angkie
Referensi:
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/11/22/jadi-satu-satunya-staf-khusus-presiden-penyandang-disabilitas-angkie-yudistia-dapat-tugas-khusus
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Presiden Joko Widodo mengumumkan 14 nama yang menjadi Staf Khusus Presiden, 7 diantaranya merupakan generasi milenial.
Setelah nama Putri Tanjung, Angkie Yudistia juga tak luput dari sorotan media.
Dilansir dari Tribunnews, penyandang tuna rungu, Angkie Yudistia menjadi satu-satunya staf khusus presiden yang mendapatkan tugas secara spesifik dari Presiden Joko Widodo.
Perempuan berusia 32 tahun tersebut diminta Jokowi menjadi juru bicara presiden bidang sosial.
Tugas yang diberikan tersebut tidak menjadi hambatan bagi Angkie meski pendengarannya terganggu sejak usia 10 tahun.
Pendiri Thisable Enterprise tersebut terlihat sangat ceria dan percaya diri sejak diperkenalkan Jokowi sebagai staf khusus presiden bersama enam orang lainnya di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Saat mengenalkan diri, Angkie yang mengenakan kemeja putih dan hijab abu-abu, menyelipkan bahasa isyarat sebagai awal dirinya memperkenalan diri kepada awak media.
"Perkenalkan nama saya Angkie, bahasa isyarat panggilan Angkie, pake jilbab," ucap Angkie sembari mengangkat tangan kanannya hingga di samping telinga dengan posisi melebarkan lima jarinya.
Setelah itu, Angkie tidak menggunakan bahasa isyarat lagi dan berbicara seperti biasa layaknya orang pada umumnya.
Ia mengaku sangat bangga diberikan kepercayaan sebagai staf khusus presiden dan berdiri sejajar dengan staf khusus lainnya yang memiliki panca indra sempurna.
Saya berdiri di sini menyuarakan 21 juta jiwa disabilitas di seluruh Indonesia dan turut bangga saya berdiri dibsini mewakili disabilitas entrepreneurship," katanya.
Menurutnya, Thisable Enterprise telah dibangun dirinya selama delapan tahun untuk memperjuangkan penyandang disabilitas tidak dipandang sebelah mata.
"Sudah waktunya disabilitas bukan kelompok minoritas, tetapi kami dianggap setara, membentuk lingkungan inklusi melalui staf khusus presiden," katanya.
Kehilangan Pendengaran Sejak Usia 10 Tahun
Sejak usia 10 tahun, Angkie kehilangan pendengarannya. Dugaan sementara, hal itu tidak terlepas dari konsumsi obat-obatan antibiotik saat ia mengidap penyakit malaria.
“Awalnya aku enggak tahu (ada gangguan pendengaran), sampai lingkungan sekitar bilang sudah manggil-manggil, tetapi aku enggak dengar, enggak nengok,” cerita Angkie saat seperti yang dikutip TribunnewsWiki dari Kompas.com .
Mengidap keterbatasan pendengaran saat remaja bukanlah hal yang mudah untuk Angkie. Ia kerap merasa tertekan dan kurang percaya diri.
Lulus dari SMAN 2 Bogor, Angkie kemudian melanjutkan kuliah Jurusan Ilmu Komunikasi di London School of Public Relations Jakarta.
Kehidupan di kampus itulah yang kemudian sedikit demi sedikit mengubah pola pikirannya. Ia mulai sadar, bila ia tidak pernah menerima kekurangannya, sampai kapan pun ia tak akan pernah menikmati hidupnya.
"Dosenku bilang, kamu jujur sama diri kamu sendiri. Kalau kamu sudah jujur sama diri sendiri dan jujur sama orang lain, orang lain akan mengapresiasi kejujuran kita. Jadi benar, ketika aku jujur, mereka jadi sangat bantu," ucap Angkie.
Pada 2008, ia didapuk menjadi salah satu finalis Abang None Jakarta. Masih pada tahun yang sama, ia didapuk sebagai "The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008".
Setelah itu, Angkie mendirikan Thisable Enterprise bersama rekan-rekannya untuk membantu memberdayakan mereka yang memiliki keterbatasan. Sulitnya memperoleh pekerjaan menjadi alasan ia mendirikan Thisable Enterprise.
Ia kemudian bekerja sama dengan Gojek Indonesia untuk mempekerjakan orang-orang dengan disabilitas di Go-Auto dan Go-Glam.
Selain itu, para penyandang disabilitas didukung untuk mengembangkan ide kreatif untuk membuat suatu produk, salah satunya yang sudah ada saat ini adalah membuat produk kecantikan.
"Aku percaya, tuli itu juga SDM milik negara, aset negara, jadi kita juga memiliki hak," kata Angkie
Referensi:
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/11/22/jadi-satu-satunya-staf-khusus-presiden-penyandang-disabilitas-angkie-yudistia-dapat-tugas-khusus
Komentar