Galang Rambu Anarki, Putra Iwan Fals yang Wafat di Usia Belia dengan Meninggalkan Sebuah Proyek Superaneh
Galang Rambu Anarki, Putra Iwan Fals yang Wafat di Usia Belia dengan Meninggalkan Sebuah Proyek Superaneh
Intisari-Online.com - Galang Rambu Anarki, putra legenda musik Indonesia Iwan Fals memang telah berpulang pada 22 tahun yang lalu, namun sosoknya masih menarik untuk diulas.
Hal ini terlihat pada postingan sebuah grup di media sosial Facebook bernama Indonesia Tempo Doeloe.
Dalam unggahan yang dibuat oleh pemilik akun Facebook Sholeh Arifin tersebut mengunggah foto yang diduga berasal dari 'buku Yasin dan tahlil' dari mendiang Galang Rambu Anarki.
Dalam lembaran tersebut terpampang wajah Galang dalam foto hitam putih.
Sampai berita ini diturunkan, postingan tersebut sudah mendapat lebih dari 5000 reaksi, lebih dari 1000 komentar, dan ratusan kali dibagikan ulang.
Ya, sosok Galang Rambu Anarki memang masih teringat dalam ingatan, khususnya mereka yang besar di era-90an.
Peristiwa meninggalnya remaja yang mengikuti jejak ayahnya berkarier di dunia musik tersebut terekam dalam artikel berjudul "Galang Rambu Anarki: Akhir Sebuah Proyek Superaneh" yang terbit di Majalah HAI edisi 17/XXI/1997 berikut ini.
Putra sulung pemusik tenar lwan Fals itu ditemukan tewas di dalam kamarnya.
Malamnya la masih sempat latihan bersama band barunya, Borr.
Jumat, 25 April 1997 lalu, langit kawasan Bintaro sektor 5 seolah menjadi mendung. Suasana kelabu itu menyelimuti keluarga Virgiawan Listanto atau akrab dipanggil Iwan Fals.
Sang putra, yang pernah diabadikan dalam lagu berjudul Galang Rambu Anarki itu, berpulang ke llahi.
Galang, begitu cowok kelahiran 1 Januari 1982 itu biasa dipanggil, pergi dengan sangat mendadak. la ditemukan tewas di tempat tidurnya, pukul 03.00 dini hari.
Tentu saja ini merupakan cobaan yang berat buat orang-orang yang sangat mencintainya. Iwan, ibunya (Yos), adiknya semata wayang (Cikal), serta tentu saja teman-teman sepermainannya.
Apa boleh buat, semua cita-citanya untuk menjadi pemusik yang lebih besar dari kharisma sang ayah kandas di tengah jalan.
Dua bulan lalu, sewaktu ditemui Hal, ia mengaku sama sekali tak ingin mengekor pada nama besar Iwan Fals.
Buktinya, aliran musik yang ia bawakan bersama sekelompok temannya sangat berbeda dengan Iwan.
"Saya adalah saya, dan Iwan Fals adalah Iwan Fals!" tegasnya pada 15 Maret lalu.
Ada satu hal lain yang ditinggalkannya. Galang telah menyiapkan sebuah proyek musik yang masih dirahasiakan, yang menurutnya superaneh.
Seaneh penampilannya sewaktu tampil bersama band Bunga di acara Musik Teknik
Jayabaya.
Sekadartahu saja, Galang waktu itu mengenakan kaos dengan coreng-moreng bertuliskan Dosa. Bibirnya dipoles lipstik hitam.
Di rumah duka, jalan Perkici XIV No. 69 Bintaro, Jakarta Selatan, para pelayat dari berbagai kalangan sudah berdatangan sejak pagi.
Semuanya menyatakan keterkejutan, sekaligus rasa kehilangannya.
Di antara yang tampak nadir adalah Dewa Budjana, Dani Wijanarko, Gilang Ramadhan, Setiawan Djody, dan masih banyak lagi.
"Gua nggak tau harus gimana. Anehnya, perasaan gua dari tadi malam udah bilang Galang meningga!. Padahal beritanya baru sampai ke kuping gua tadi pagi," firasat Oppie Andaresta dengan mata sembab.
Iwan Fals sendiri tenggelam dalam kepedihan yang mendalam, nyaris tidak berkata-kata. Pelantun tembang Bento itu hanya bisa terduduk di ambulans yang membawa jenazah Galang ke mesjid, sampai ke tempat pemakaman.
Sehari sebelum meninggal, Galang sempat latihan bersama Borr, bandnya yang baru, di studio One Feel, jalan Fatmawati Gg. Pretty Sister No. 17 A, Jakarta Selatan.
"Mereka mem-booking studio dari jam 19.00. Tapi karena masih menunggu personel Borr lain yang seluruhnya berjumlah lima orang, latihan jadi molor. Mulai jam 20.30 sampai jam 22.00," jelas Hendi Indrasari, operator yang menset peralatan di studio itu.
Borr adalah band ketiga Galang, setelah Bunga dan Sangkakala. Menurut Hendi, Borr adalah band yang beraliran Hard Core.
Di sini Galang cuma jadi vokalis, nggak sekaligus main gitar seperti di Bunga dan Sangkakala.
Masih menurut Hendi, Galang terkenal supel dan sederhana.
"Galang suka becanda, ketawa-ketawa, dan gampang akrab sama orang. Kalau ke studio Galang nggak pernah bawa mobil sendiri. Paling banter naik taksi," tambahnya lagi.
Berbeda dengan Oppie yang seakan-akan ada firasat Galang meninggal, Hendi justru tidak menyangka sama sekali.
Selama menemani Galang latihan malam itu perasaannya biasa-biasa saja.
"Yang jelas, saya kaget setengah mati waktu esoknya mendengar dia meninggal dunia," ujarnya.
Dari pihak keluarga memang beium terdengar berita pasti mengenai sebab-musabab kemattan Galang. Sejumlah wartawan pun hanya bisa mendapatkan informasi tentang waktu kematian cowok yang tahun ini baru 15 tahun itu dari selembar papan wana putih.
Di usianya yang masih begitu muda, Galang telah berani memilih untuk meninggalkan sekolah demi meneruskan jalan yang serupa dengan sang papa (begitu ia memanggil Iwan).
Sayang proyek yang dibilang rahasia itu belum sempat digarapnya.
Selamat jalan, Galang!
Referensi:
https://intisari.grid.id/read/031807366/galang-rambu-anarki-putra-iwan-fals-yang-wafat-di-usia-belia-dengan-meninggalkan-sebuah-proyek-superaneh
Intisari-Online.com - Galang Rambu Anarki, putra legenda musik Indonesia Iwan Fals memang telah berpulang pada 22 tahun yang lalu, namun sosoknya masih menarik untuk diulas.
Hal ini terlihat pada postingan sebuah grup di media sosial Facebook bernama Indonesia Tempo Doeloe.
Dalam unggahan yang dibuat oleh pemilik akun Facebook Sholeh Arifin tersebut mengunggah foto yang diduga berasal dari 'buku Yasin dan tahlil' dari mendiang Galang Rambu Anarki.
Dalam lembaran tersebut terpampang wajah Galang dalam foto hitam putih.
Sampai berita ini diturunkan, postingan tersebut sudah mendapat lebih dari 5000 reaksi, lebih dari 1000 komentar, dan ratusan kali dibagikan ulang.
Ya, sosok Galang Rambu Anarki memang masih teringat dalam ingatan, khususnya mereka yang besar di era-90an.
Peristiwa meninggalnya remaja yang mengikuti jejak ayahnya berkarier di dunia musik tersebut terekam dalam artikel berjudul "Galang Rambu Anarki: Akhir Sebuah Proyek Superaneh" yang terbit di Majalah HAI edisi 17/XXI/1997 berikut ini.
Putra sulung pemusik tenar lwan Fals itu ditemukan tewas di dalam kamarnya.
Malamnya la masih sempat latihan bersama band barunya, Borr.
Jumat, 25 April 1997 lalu, langit kawasan Bintaro sektor 5 seolah menjadi mendung. Suasana kelabu itu menyelimuti keluarga Virgiawan Listanto atau akrab dipanggil Iwan Fals.
Sang putra, yang pernah diabadikan dalam lagu berjudul Galang Rambu Anarki itu, berpulang ke llahi.
Galang, begitu cowok kelahiran 1 Januari 1982 itu biasa dipanggil, pergi dengan sangat mendadak. la ditemukan tewas di tempat tidurnya, pukul 03.00 dini hari.
Tentu saja ini merupakan cobaan yang berat buat orang-orang yang sangat mencintainya. Iwan, ibunya (Yos), adiknya semata wayang (Cikal), serta tentu saja teman-teman sepermainannya.
Apa boleh buat, semua cita-citanya untuk menjadi pemusik yang lebih besar dari kharisma sang ayah kandas di tengah jalan.
Dua bulan lalu, sewaktu ditemui Hal, ia mengaku sama sekali tak ingin mengekor pada nama besar Iwan Fals.
Buktinya, aliran musik yang ia bawakan bersama sekelompok temannya sangat berbeda dengan Iwan.
"Saya adalah saya, dan Iwan Fals adalah Iwan Fals!" tegasnya pada 15 Maret lalu.
Ada satu hal lain yang ditinggalkannya. Galang telah menyiapkan sebuah proyek musik yang masih dirahasiakan, yang menurutnya superaneh.
Seaneh penampilannya sewaktu tampil bersama band Bunga di acara Musik Teknik
Jayabaya.
Sekadartahu saja, Galang waktu itu mengenakan kaos dengan coreng-moreng bertuliskan Dosa. Bibirnya dipoles lipstik hitam.
Di rumah duka, jalan Perkici XIV No. 69 Bintaro, Jakarta Selatan, para pelayat dari berbagai kalangan sudah berdatangan sejak pagi.
Semuanya menyatakan keterkejutan, sekaligus rasa kehilangannya.
Di antara yang tampak nadir adalah Dewa Budjana, Dani Wijanarko, Gilang Ramadhan, Setiawan Djody, dan masih banyak lagi.
"Gua nggak tau harus gimana. Anehnya, perasaan gua dari tadi malam udah bilang Galang meningga!. Padahal beritanya baru sampai ke kuping gua tadi pagi," firasat Oppie Andaresta dengan mata sembab.
Iwan Fals sendiri tenggelam dalam kepedihan yang mendalam, nyaris tidak berkata-kata. Pelantun tembang Bento itu hanya bisa terduduk di ambulans yang membawa jenazah Galang ke mesjid, sampai ke tempat pemakaman.
Sehari sebelum meninggal, Galang sempat latihan bersama Borr, bandnya yang baru, di studio One Feel, jalan Fatmawati Gg. Pretty Sister No. 17 A, Jakarta Selatan.
"Mereka mem-booking studio dari jam 19.00. Tapi karena masih menunggu personel Borr lain yang seluruhnya berjumlah lima orang, latihan jadi molor. Mulai jam 20.30 sampai jam 22.00," jelas Hendi Indrasari, operator yang menset peralatan di studio itu.
Borr adalah band ketiga Galang, setelah Bunga dan Sangkakala. Menurut Hendi, Borr adalah band yang beraliran Hard Core.
Di sini Galang cuma jadi vokalis, nggak sekaligus main gitar seperti di Bunga dan Sangkakala.
Masih menurut Hendi, Galang terkenal supel dan sederhana.
"Galang suka becanda, ketawa-ketawa, dan gampang akrab sama orang. Kalau ke studio Galang nggak pernah bawa mobil sendiri. Paling banter naik taksi," tambahnya lagi.
Berbeda dengan Oppie yang seakan-akan ada firasat Galang meninggal, Hendi justru tidak menyangka sama sekali.
Selama menemani Galang latihan malam itu perasaannya biasa-biasa saja.
"Yang jelas, saya kaget setengah mati waktu esoknya mendengar dia meninggal dunia," ujarnya.
Dari pihak keluarga memang beium terdengar berita pasti mengenai sebab-musabab kemattan Galang. Sejumlah wartawan pun hanya bisa mendapatkan informasi tentang waktu kematian cowok yang tahun ini baru 15 tahun itu dari selembar papan wana putih.
Di usianya yang masih begitu muda, Galang telah berani memilih untuk meninggalkan sekolah demi meneruskan jalan yang serupa dengan sang papa (begitu ia memanggil Iwan).
Sayang proyek yang dibilang rahasia itu belum sempat digarapnya.
Selamat jalan, Galang!
Referensi:
https://intisari.grid.id/read/031807366/galang-rambu-anarki-putra-iwan-fals-yang-wafat-di-usia-belia-dengan-meninggalkan-sebuah-proyek-superaneh
Komentar